
Kanker Usus Besar Kolorektal. Gejala, Deteksi Dini dan Pencegahannya
Sandiaz Yudhasmara
Kanker usus besar atau kanker kolorektal, termasuk pertumbuhan sel kanker pada usus, anal dan usus buntu. Kanker ini adalah salah satu dari bentuk kanker yang paling umum dan penyebab kedua kematian yang disebabkan oleh kanker di dunia Barat. Kanker usus besar menyebabkan 655.000 kematian di seluruh dunia setiap tahun.
Kanker Usus Besar Kolorektal, Deteksi Dini dan Pencegahannya
Banyak kanker usus besar yang diketahui berasal dari polip adenoma pada usus dan penumpukan tinja akibat konstipasi yang terlalu lama. Perkembangan polip tersebut kadang-kadang berkembang menjadi kanker. Terapi untuk kanker ini biasanya melalui operasi, yang biasanya diikuti dengan kemoterapi. Sekitar 75-95% kasus kanker usus menyerang orang dengan risiko genetika tingkat rendah atau tidak sama sekali.
Tanda Gejala

- Darah pada Feses. Ketika buang air besar dan tinja atau feses kelihatan berbeda dari biasanya, seperti dari tekstur, warna dan ukurannya, maka perlu dicurigai. Selain perubahan bentuk, warna dan ukuran, tanda utama kanker usus maupun jenis kanker lain adalah keluarnya darah bersamaan dengan feses tersebut. Para penderita kanker usus dapat pada umumnya mengeluarkan feses yang bentuknya menjadi lebih tipis dan panjang bersama dengan darah.
- Ketidaknyamanan di Perut. Seseorang dapat dikatakan positif menderita kanker usus apabila perut senantiasa tidak merasa nyaman. Contoh rasa tidak nyaman yang dapat dirasakan adalah kembung, inflamasi, sakit dan nyeri di bagian perut. Hal ini dapat dipicu oleh invasi yang dilakukan oleh sel kanker sehingga rasa tidak nyaman bukan hanya akan timbul sesekali melainkan berkali-kali dan frekuensi yang sering.
- Nyeri dan Sakit. Perut akan terasa sakit atau terasa nyeri dan biasanya bentuk rasa sakit ini bisa berupa kram. Diketahui rasa kram ini berasal dari invasi sel kanker. Pada keadaan seperti ini, penderita biasanya akan merasa seperti ususnya tidak pernah kosong dan ini semua disebabkan adanya dinding usus yang ditempeli tumor. Tumor tersebut akan membuat sistem pencernaan menjadi terganggu dan bisa membuat penderita merasa ada sesuatu yang mengganjal. Jalannya masuknya makanan akan dihambat oleh pertumbuhan tumor pada bagian dinding usus sehingga sulit dicerna.
- Kembung. Perut yang terasa kembung bukan selalu gara-gara sakit masuk angin biasa. Kembung ini juga bisa menjadi kondisi dari gejala kanker usus. Kondisi kembung seperti ini juga dialami pada : kanker ginjal – ciri ciri kanker lambung.
- Inflamasi. Kondisi inflamasi yang dialami perut ini bisa juga dianggap sebagai kondisi peradangan dan kanker usus dapat menjadi komplikasi dari radang yang terjadi di perut. Inflamasi pada perut juga umumnya disertai dengan rasa nyeri yang dirasakan di bagian perut serta buang air besar yang encer bercampur darah.
- Berat Badan Turun Tanpa Alasan. Turunnya berat badan yang terjadi secara drastis akan cukup mengejutkan, khususnya jika penderita tidak dalam program diet. Apabila nafsu makannya terbilang besar dan baik sebelum-sebelumnya, maka patut dicurigai mengapa berat badannya bisa berangsur menurun dengan cepat.
Pencegahan
- Kebanyakan kanker usus besar seharusnya dapat dicegah, dengan penelitian/pengamatan dan perubahan gaya hidup.
- Gaya hidup
- Rekomendasi saat ini untuk mencegah kanker usus besar meliputi peningkatan konsumsi biji-bijian utuh, buah-buahan dan sayur-sayuran, dan mengurangi konsumsi daging (berwarna) merah.
- Walaupun demikian konsumsi serat, buah-buahan dan sayur-sayuran sehubungan dengan kanker usus besar masih lemah.
- Kegiatan fisik (Physical exercise) berhubungan dengan kemudahan buang air besar, tetapi tidak mengurangi risiko kanker usus besar.[8][9] Duduk untuk jangka waktu lama secara regular/teratur berhubungan dengan tingkat kematian yang meningkat karena kanker usus besar. Risiko ini tidak dapat dihindarkan dengan melakukan olahraga yang teratur, meskipun memang menurunkannya.
- Diketahui bahwa mereka yang mengonsumsi kopi secara rutin ternyata memiliki 15 persen risiko lebih kecil terkena kanker usus. Sedangkan, mereka yang minum enam gelas atau lebih, maka risiko terserang kanker usus berkurang hingga 40 persen.
- Obat-obatan. Aspirin dan celecoxib mengurangi risiko kanker usus besar pada yang berisiko tinggi. Bagaimanapun hal ini tidak direkomendasikan pada mereka yang berisiko sedang.
- Terdapat bukti lain bahwa suplemen kalsium dapat juga digunakan, tetapi bukti-buktinya belum cukup untuk merekomendasikan pemakaian suplemen kalsium.
- Vitamin D dan tekanan darah (blood levels) berhubungan dengan penurunan risiko kanker usus besar.
Penapisan
- Lebih dari 80 persen kanker usus besar berasal dari terjadinya polip (adenomatous polyps) yang membuat kanker usus besar sangat cocok untuk ditapis.
- Diagnosis melalui penapisan terjadi 2-3 tahun sebelum diagnosis ditegakkan karena timbulnya gejala-gejala.[3] Penapisan dapat mengurangi kematian akibat kanker usus besar hingga 60%.
- Tiga jenis penapisan yang sekarang ini sering dilakukan adalah tes darah samar (fecal occult blood), flexible sigmoidoscopy, dan kolonoskopi.[3] Sigmoidoscopy tidak dapat mendeteksi sisi kanan atas dari usus besar, padahal 42% dari malignansi biasanya ditemukan di sini.[18] Kolonoskopi virtual melalui CT scan yang tidak invasif tampaknya bagus sebagai acuan deteksi kanker dan adenoma, tetapi mahal, ada radiasi, dan tidak dapat mengambil pertumbuhan tak normal yang ditemukan seperti halnya kolonoskopi biasa.
- Yang paling baru saat ini adalah tes pada kotoran BAB dengan M2-PK Test dengan tingkat akurasi di atas 80%. Tes dapat berbentuk tes ELISA kuantitatif secara penuh atau hanya berupa tes cepat (rapid test) dengan tes kit yang dijual bebas seperti halnya untuk tes kehamilan.Tes darah samar pada kotoran BAB direkomendasikan dilakukan tiap 2 tahun sekali dan bisa melalui tes guaiac atau tes immunochemical.
- Jika hasilnya positip, maka tindak lanjut melalui pemeriksaan kolonoskopi perlu dilakukan. Tes darah samar yang dilakukan setahun atau dua tahun sekali mengurangi tingkat kematian akibat kanker usus besar sebesar 16% dan mereka yang melakukan penapisan sebelum adanya kanker usus besar penurunan tingkat kematiannya mencapai 23%.
- Tes immunochemical lebih akurat dan tidak perlu diet atau mengubah jadwal asupan obat-obatan sebelum testing dilakukan.
- Di Amerika Serikat penapisan direkomendasikan pada mereka yang berusia 50 hingga 75 tahun dengan sigmoidoscopy setiap 5 tahun sekali dan kolonoskopi setiap 10 tahun sekali. Pada mereka yang berisiko tinggi, penapisan dilakukan mulai umur 40-an. Tidak jelas mana di antar 2 cara tersebut yang lebih tepat.
- Kolonoskopi mungkin menemukan kanker lebih banyak pada bagian bawah dari usus besar, tetapi biayanya lebih besar dan lebih kompleks.
- Pada mereka yang berisiko sedang dan telah melakukan kolonoskopi yang berkualitas dan hasilnya normal, maka American Gastroenterological Association tidak merekomendasikan penapisan jenis apapun selama 10 tahun ke depan. Bagi mereka yang telah berusia 75 tahun dan harapan hidupnya kurang dari 10 tahun, penapisan jenis apapun juga tidak direkomendasikan.
- Penapis tumor M2-PK sudah ada di Indonesia berbentuk Tes ELISA kuantitatif penuh yang dilakukan oleh RS Kanker dengan biaya kurang lebih 2 sampai 3 kali biaya tes darah samar, tetapi masih kurang dari separuh biaya kolonoskopi yang invasif. Tes M2-PK ini tidak memiliki negatip palsu, jadi kalau negatip, berati memang benar-benar negatip. Bagi mereka yang berisiko ringan/sedang mungkin sebaiknya lebih memilih tes ini. Ternyata test M2-PK juga berguna untuk penapisan kanker paru-paru di mana tes M2-PK lebih baik daripada menggunakan tes SCC atau NSE tumor markers.. Saat ini di negara-negara maju penggunaan penapis tumor M2-PK digalakkan lebih dari penggunaan tes darah samar guiac (gFOBT) untuk penapisan berkala/rutin, karena dapat menapis tumor yang telah berdarah ataupun belum berdarah. Penapis tumor M2-PK dapat menapis hingga 80% kanker usus besar dan hingga 44% adenoma > 1 sentimeter, sementara tes darah samar guiac menapis antara 13 hingga 50 persen kanker usus besar saja.
- Beberapa negara di Eropa dan juga Australia memiliki program nasional penapisan kanker usus besar yang masih menggunakan tes darah samar pada mereka yang berusia 50 hingga 60 tahun.
Referensi
- Cancer”. World Health Organization. February 2006. Diakses tanggal 2007-05-24.^ Watson AJ, Collins, PD (2011).
- Colon cancer: a civilization disorder.”. Digestive diseases (Basel, Switzerland) 29 (2): 222–8. doi:10.1159/000323926. PMID 21734388
- Cunningham D, Atkin W, Lenz HJ, Lynch HT, Minsky B, Nordlinger B, Starling N (2010). “Colorectal cancer.”. Lancet 375 (9719): 1030–47. doi:10.1016/S0140-6736(10)60353-4. PMID 20304247.
- Searke, David (2006). Cancer Epidemiology and Prevention (3 ed.). Oxford University Press. p. 809. ISBN 9780199747979.
- Rennert, Gad (2007). Cancer Prevention. Springer. p. 179. ISBN 9783540376965.

