Penanganan Terkini Bronkitis Pada Anak dan Dewasa

Spread the love

Penanganan Terkini Bronkitis Pada Anak

Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis ) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size ), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Pada anak bronkitis akut maupun kronis terjadi biasanya karena hipersensitifitas saluran napas dan kekebalan tubuh rentan sehingga mudah terinfeksi batuk pilek berulang. Keadaan ini sering terjadi pada penderita alergi terutama alergi makanan. Saat alergi dikendalikan kekambuhan bronkitis kropnis dapat diminimalkan bahkan dapat dicegah

Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.

Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain

Bronkitis ialah sejenis keradangan atau penyempitan pada saluran pernafasan (tiub bronkiul) serta hilang fungsi mengembang dan menguncup didalam paru-paru yang disebabkan oleh virus atau bakteria. Kebiasaannya penyakit ini sering berlaku pada kanak-kanak berusia dibawah satu tahun. Jika kanak-kanak itu mempunyai sejarah keluarga yang menghidap lelah, paru-paru mudah menjadi sensitif dan akan senang menghidap penyakit ini

Bronkitis adalah penyakit pernapasan yang mana selapur lendir dari jalur cabang tenggorok didalam paru-paru menjadi inflamasi. Karena iritasi akhirnya selaput membengkak dan tumbuh lebih tebal, akibatnya ia menyempit menutup atau mematikan saluran udara di paru-paru, yang mengakibatkan serangan batuk yang disertai oleh lendir tebal dan kesulitan bernafas. Penyakit ini terjadi dalam dua bentuk: akut (berlangsung kurang dari 6 minggu) dan kronis (sering kambuh lebih dari dua tahun).

Bronkitis Kronis adalah batuk harian dengan produksi dahak (lendir) untuk minimal selama periode 3 bulan, dua tahun berturut-turut; bronkitis kronis adalah gangguan serius jangka panjang yang biasanya sering memerlukan perawatan medis. Dalam bronkitis kronis, ada radang dan bengkak di lapisan saluran udara yang mengarah ke penyempitan dan halangan saluran udara. Radang yang merangsang produksi lendir, yang selanjutnya dapat menimbulkan gangguan pada saluran udara dan meningkatkan kemungkinan infeksi paru-paru akibat bakteri. Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya. Bronkitis kronis merupakan suatu definisi klinis yaitu batuk-batuk yang hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sukurang-kurangnya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut. Beberapa penyakit lain juga memberikan gejala yang sama antara lain TBC, bronkiektasis, dan asma brokial. Karena itu penyakit-penyakit tersebut harus disingkirkan dulu sebelum diagnosis bronkitis kronik dapat ditegakan. Kadang sukar membedakan antara bronkitis kronik dan asma bronkial, dan keduanya dapat timbul bersama-sama pada seorang pasien

Penyebab

Hemophylus influenza dan streptococcus pneumoniae biasa masuk melalui port d’entree mulut dan hidung ( dropplet infection) yang selanjutnya menimbulkan viremia dan bakteremia dan gejala atau reaksi tubuh untuk perlawanan.

Biasanya berhubungan dengan :

  • Infeksi  Infeksi menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejalanyapun lebih berat. Infeksi saluran pernafasan bagian atas pada seorang pasien brokitis kronik hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabakan kerusakn paru bertambah. Diperkirakan eksaserbasi bronkitis kronis paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri. Bakteri yang diisolasi paing banyak adalah H Influinzae dan S Pnemoniae
  • Polusi. Insidensi dan angka kematian bronkitis kronik diperkirakan lebih tinggi didaerah industri. Sebagai faktor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi bila ditambah merokok, resiko akan lebih tinggi. Eksaserbasi akut pada bronkitis sering ditimbulkan oleh polusi SO2 yang tinggi, sedangkan NO2 dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas kecil ( bronkiolitis). Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti NO2, hidrokarbon, aldehid, ozon.
  • Faktor genetic Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit paru kronik, terbukti pada survei terakhir didapatkan bahwa anak-anak dari orang tua yang merokok mempunyai kecenderungan mengalami penyakit paru kronik lebih sering dan lebih berat, serta insidensi penyakit paru kroniks pada grup tersebut lebih tinggi. Selain itu pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
  • Faktor sosial ekonomi Bronkitis kronik lebih banyak didapat pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin karena perbedaaan pola merokok, dan lebih banyak terpajan faktor resiko lain. Kematian pada pasien bronkitis kronik ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah. Mungkin disebabkan faktor lingkungan dan faktor ekonomi yang lebih jelek.
  • Lingkungan kerja.  Bronkitis kronik lebih sering terjadi pada pekerja yang terpajan zat inorganik, debu organik atau gas yang berbahaya. Pekerja yang terpajan zat tersebut mempunyai kemungkinan bronkitis kronik 2-4 kali lebih banyak dari pada yang tidak terpajan. Secara epidemiologi didapatkan penurunan fungsi paru pada pekerja-pekerja tersebut, seperti pekerja pabrik platik, katun dan lain-lain
BACA:   YOUTUBE TEREKOMENDASI : Anakku Terlambat Bicara, Autiskah ? Inilah Gejala Autisme

Kelainan kongenital

  • Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor genetic atau factor pertumbuhan dan factor perkembangan fetus memegang peran penting. Bronchitis yang timbul congenital ini mempunyai ciri sebagai berikut :Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
  • Bronkitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit kongenital lainya, misalnya : mucoviscidosis ( cystic pulmonary fibrosis ), sindrom kartagener ( bronkiektasis konginetal, sinusitis paranasal dan situs inversus), hipo atau agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur (anak yang satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita bronkiektasis ), bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliasis konginetal.

Kelainan didapat

  • Infeksi. Bronkitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.Obstruksi bronkus
  • Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab : korpus alineum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar terhadap bronkus

Bronkitis adalah ketika lapisan saluran pernapasan besar meradang (bengkak dan merah). Saluran udara ini, yang disebut tabung bronkial, menghubungkan tenggorokan ke paru-paru. Lapisan halus mereka membuat lendir, dan menutupi dan melindungi organ dan jaringan yang terlibat dalam pernapasan. Membuat sulit bagi udara untuk masuk dan keluar dari paru-paru.
Mengiritasi jaringan lapisan tabung bronkial. Kemudian, mereka membuat terlalu banyak lendir.

Gejala bronkitis yang paling umum adalah batuk yang berlangsung lama. Bronkitis bisa akut atau kronis:

  • Bronkitis akut datang dengan cepat dan dapat menyebabkan gejala yang parah. Tapi itu berlangsung tidak lebih dari beberapa minggu. Virus menyebabkan sebagian besar kasus bronkitis. Banyak virus yang berbeda dapat menginfeksi saluran pernapasan dan menyerang saluran bronkial. Infeksi oleh beberapa bakteri juga dapat menyebabkan bronkitis akut. Kebanyakan orang memiliki bronkitis akut di beberapa titik dalam hidup mereka.
  • Bronkitis kronis jarang terjadi pada anak-anak. Ini bisa ringan hingga parah dan berlangsung lebih lama (dari beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Penyebab paling umum dari bronkitis kronis adalah merokok. Tabung bronkial tetap meradang dan teriritasi, dan membuat banyak lendir dari waktu ke waktu. Orang yang menderita bronkitis kronis memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi bakteri pada saluran napas dan paru-paru, seperti pneumonia.

Apa Tanda & Gejala Bronkitis?

Bronkitis akut sering dimulai dengan batuk kering dan mengganggu yang dipicu oleh peradangan pada lapisan saluran bronkial.

Gejala lain mungkin termasuk:

  • batuk yang mengeluarkan lendir kental berwarna putih, kuning, atau kehijauan
  • merasa sesak napas
  • nyeri atau perasaan sesak di dada
  • mengi (suara siulan atau desis saat bernafas)
  • sakit kepala
  • umumnya merasa sakit
  • demam
  • panas dingin

Patofisiologi

  • Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Polusi dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Virus dan bakteri biasa masuk melalui port d’entree mulut dan hidung “dropplet infection) yang selanjutnya menimbulkan viremia dan bakteremia dan gejala atau reaksi tubuh untuk perlawanan.

Virus (penyebab tersering infeksi) – Masuk saluran pernapasan – Sel mukosa dan sel silia – Berlanjut – Masuk saluran pernapasan(lanjutan) – Menginfeksi saluran pernapasan – Bronkitis – Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir – Pilek 3 – 4 hari – Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) – Riak jernih – Purulent – Encer – Hilang – Batuk – Keluar – Suara ronchi basah atau suara napas kasar – Nyeri subsernal – Sesak napas – Jika tidak hilang setelah tiga minggu – Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981).

BACA:   Kanker Paru, Merokok dan Penyebabnya

Patogenesis

Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronchitis yang didapat patogenesisnya diduga melelui beberapa mekanisme : faktor obstruksi bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-paru, fibrosis paru, dan faktor intrinsik dalam bronkus atau paru.

Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua mekanisme dasar :

  • Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis. Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul bronchitis.
  • Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian distal obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus. Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya kronik. Keluhan-keluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan menetap . keluhan-keluhan yang timbul erat dengan : luas atau banyaknya bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit, lokasi bronkus yang terkena, ada atau tidaknya komplikasi lanjut.. keluhan-keluhan yang timbul umumnya sebagai akibat adanya beberapa hal : adanya kerusakan dinding bronkus, akibat komplikasi, adanya kerusakan fungsi bronkus.
  • Infeksi pertama ( primer ) Kecuali pada bentuk bronkitis kongenital. Masih menjadi pertanyaan apakah infeksi yang mendahului terjadinya bronchitis tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus. Infeksi yang mendahului bronchitis adalah infeksi bacterial yaitu mikroorgansme penyebab pneumonia. Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding bronkus sehingga terjadi bronchitis, sedangkan infeksi virus tidak dapat ( misalnya adenovirus tipe 21, virus influenza, campak, dan sebagainnya ).
  • Infeksi sekunder

Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi, apabila sputum pasien yang semula berwarna putih jernih kemudian berubah warnanya menjadi kuning atau kehijauan atau berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob misalnya : fusifomis fusiformis, treponema vincenti, anaerobic streptococci. Kuman yang erring ditemukan dan menginfeksi bronkus misalnya : streptococcus pneumonie, haemophilus influenza, klebsiella ozaena.

Perubahan Patologis Anatomik

Terdapat berbagai macam variasi bronchitis, baik mengenai jumlah atau luasnya bronkus yang terkena maupun beratnya penyakit.

Tempat predisposisi bronchitis

  • Bagian paru yang sering terkena dan merupakan predisposisi bronchitis adalah lobus tengah paru kanan, bagian lingual paru kiri lobus atas, segmen basal pada lobus bawah kedua paru
  • Bronkus yang terkena Bronkus yang terkena umumnya yang berukuran sedang, bronkus yang terkena dapat hanya satu segmen paru saja maupun difus mengenai bronki kedua paru.
  • Dinding bronkus Dinding bronkus yang terkena dapat mengalami perubahan berupa proses inflamasi yang sifatnya destruktif dan irreversibel. Jaringan bronkus yang mengalami kerusakan selain otot-otot polos bronkus juga elemen-elemen elastis.
  • Mukosa bronkus Mukosa bronkus permukaannya menjadi abnormal, silia pada sel epitel menghilang, terjadi perubahan metaplasia skuamosa,. Apabila terjadi eksaserbasi infeksi akut, pada mukosa akan terjadi pengelupasan, ulserasi.
  • Jaringan paru peribronchiale

Pada keadaan yang hebat, jaringan paru distal akan diganti jaringan fibrotik dengan kista-kista berisi nanah.

Variasi kelainan anatomis bronchialis

Telah dikenal 3 variasi bentuk kelainan anatomis bronchitis, yaitu :

  1. Bentuk tabung : Bentuk ini sering ditemukan pada bronchitis yang menyertai bronchitis kronik.
  2. Bentuk kantong : Ditandai dengan adanya dilatasi dan penyempitan bronkus yang bersifat irregular. Bentuk ini berbentuk kista.
  3. Bentuk antara bentuk tabung dan kantong (Pseudobronchitis) : Pada bentuk ini terdapat pelebaran bronkus yang bersifat sementara dan bentuknya silindris. Bentuk ini merupakan komplikasi dari pneumonia.

Tingkatan Beratnya Penyakit

  • Bronchitis ringan Ciri klinis : batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah demam, ada haemaptoe ringan, pasien tampak sehat dan fungsi paru norma, foto dada normal.
  • Bronchitis sedang  Ciri klinis : batuk produktif terjadi setiap saat, sputum timbul setiap saat, (umumnya warna hijau dan jarang mukoid, dan bau mulut meyengat), adanya haemaptoe, umumnya pasien masih Nampak sehat dan fungsi paru normal. Pada pemeriksaan paru sering ditemukannya ronchi basah kasar pada daerah paru yag terkena, gambaran foto dada masih terlihat normal.
  • Bronchitis berat Ciri klinis : batuk produktif dengan sputum banyak, berwarna kotor dan berbau. Sering ditemukannya pneumonia dengan haemaptoe dan nyeri pleura. Bila ada obstruksi nafas akan ditemukan adanya dispnea, sianosis atau tanda kegagalan paru. Umumnya pasien mempunyai keadaan umum kurang baik, sering ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata , pasien mudah timbul pneumonia, septikemi, abses metastasis, amiloidosis. Pada gambaran foto dada ditemukan kelainan : bronkovascular marking, multiple cysts containing fluid levels. Dan pada pemeriksaan fisis ditemukan ronchi basah kasar pada daerah yang terkena.

Komplikasi

  • Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
  • Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
  • Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
  • Kegagalan jantung untuk berfungsi
  • Kekurangan oksigen dalam darah menyebabkan jantung, hati, buah pinggang dan otak gagal berfungsi dengan sempurna
  • Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis : bronchitis sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.
  • Pleuritis : Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
  • Empisema paru
  • Abses metastasis diotak : akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
  • Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
  • Amiloidosis : keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea
BACA:   Penanganan Terkini Pneumonia didapat dirumah sakit atau hospital acquired pneumonia (HAP) 

Penatalaksanaan

Pengelolaan pasien bronchitis terdiri atas dua kelompok :

  1. Pengobatan konservatif, terdiri atas :
    • Pengelolaan umum. Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi :
      • Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien : Contoh :
        • Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
        • Mencegah / menghentikan rokok
        • Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.
  • Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan adalah sebagai berikut :
    • Melakukan drainase postural Pasien diletakkan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase postural dilakukan selama 10 – 20 menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali.
    • Prinsip drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan pada pada punggung pasien dengan punggung jari.
    • Mencairkan sputum yang kental
    • Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas, mengguanakan obat-obat mukolitik dan sebagainya.
    • Mengatur posisi tepat tidur pasienSehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase sputum.
    • Mengontrol infeksi saluran nafas.

Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan.

Pengelolaan khusus

  • Kemotherapi Bronkhitis, dapat digunakan : Secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA ), untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru atau kedua-duanya digunakan. Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic secara empiric.Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronchitis, tidak pada setiap pasien harus diberikan antibiotic.
  • Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan beberapa antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid ( putih jernih ). Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara.
  • Drainase secret dengan bronkoskop. Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan pasien. Keperluannya antara lain :
    • Menentukan dari mana asal secret
    • Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
    • Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah obstruksi.

Pengobatan simtomatik Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu atau membahayakan pasien

  • Pengobatan obstruksi bronkus Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru (%FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
  • Pengobatan hipoksia. Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.
  • Pengobatan haemaptoe. Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan perdarahan. Dari berbagai penelitian pemberian obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit diketahui mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.
  • Pengobatan demam. Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat demam, lebih-lebih kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat antipiretik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *