
Gejala dan Penyebab Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau Pembesaran Prostat Jinak
Sandiaz Yudhasmara
Pembesaran prostat jinak atau benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah kondisi ketika kelenjar prostat membesar. Akibatnya, aliran urine menjadi tidak lancar dan buang air kecil terasa tidak tuntas. Kelenjar prostat hanya dimiliki oleh pria. Oleh karena itu, penyakit ini hanya dialami oleh pria. Hampir semua pria mengalami pembesaran prostat, terutama pada usia 60 tahun ke atas. Meski begitu, tingkat keparahan gejalanya bisa berbeda pada tiap penderita dan tidak semua pembesaran prostat menimbulkan masalah.
Pembesaran prostat jinak merupakan pembesaran pada kelenjar prostat yang tidak bersifat kanker dan disebabkan oleh proliferasi abnormal pada stroma dan sel epitel prostat.
BPH terjadi pada sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari obstruksi pada leher kandung kemih dan uretra oleh BPH. Obstruksi ini dapat menimbulkan perubahan struktur kandung kemih maupun ginjal sehingga menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.1
BPH bersifat progresif dan tanpa pengobatan dapat menyebabkan prostat terus tumbuh dan gejala bertambah berat. Pada beberapa kasus, uretra tersumbat dan pasien tidak bisa berkemih. Kondisi ini dikenal sebagai retensi urin akut (AUR: Acute Urinary Retention) yaitu kondisi kegawatdaruratan yang umumnya tidak terduga dan memerlukan tindakan kateterisasi segera.

Penyebab Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Belum diketahui apa yang menyebabkan pembesaran prostat jinak. Akan tetapi, kondisi ini diduga terkait dengan perubahan pada keseimbangan kadar hormon seksual seiring pertambahan usia pria.
Pada sebagian besar pria, prostat akan terus tumbuh seumur hidup. Ketika ukurannya cukup besar, prostat akan menghimpit uretra, yaitu saluran yang mengalirkan urine dari kandung kemih ke lubang kencing. Kondisi inilah yang menyebabkan munculnya gejala-gejala di atas.
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena pembesaran prostat jinak, yaitu:
- Berusia di atas 60 tahun
- Kurang berolahraga
- Memiliki berat badan berlebih
- Menderita penyakit jantung atau diabetes
- Rutin mengonsumsi obat hipertensi jenis penghambat beta
- Memiliki keluarga yang mengalami gangguan prostat
Gejala Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Tingkat keparahan gejala pembesaran prostat jinak bisa berbeda pada tiap penderita, tetapi umumnya akan memburuk seiring waktu. Gejala utama benign prostatic hyperplasia adalah gangguan saat buang air kecil, yang bisa berupa:
- Urine sulit keluar di awal buang air kecil
- Perlu mengejan saat buang air kecil
- Aliran urine lemah atau tersendat-sendat
- Urine menetes di akhir buang air kecil
- Buang air kecil terasa tidak tuntas
- Buang air kecil di malam hari menjadi lebih sering
- Beser atau inkontinensia urine
Pada kasus tertentu, BPH bahkan bisa menyebabkan retensi urine atau tidak mampu mengeluarkan urine sama sekali. Namun, perlu diingat, tidak semua pembesaran kelenjar prostat menimbulkan keluhan buang air kecil, baik buang air kecil terus atau tidak bisa buang air kecil sama sekali.
Secara klinis, pasien BPH mengalami kelompok gejala berikut:
Gejala obstruksi (voiding symptoms):
- Pancaran lemah
- Pancaran kemih terputus (intermittency)
- Merasa tidak puas sehabis berkemih
Gejala iritasi (storage symptoms):
- Frekuensi berkemih meningkat
- Nokturia
- Urgensi
Gejala pasca berkemih:1
- Urine menetes (dribbling)
Gejala obstruksi merupakan gejala yang umum sedangkan gejala iritasi lebih mengganggu dan berdampak pada aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, gejala BPH berpengaruh pada kualitas hidup pasien dan menjadi alasan utama pasien melakukan pemeriksaan ke dokter.4
Diagnosis BPH
Diagnosis BPH umumnya dilakukan dengan anamnesis (pemeriksaan riwayat penyakit), pemeriksaan fisik (termasuk colok dubur/DRE: Digital Rectal Examination), evaluasi keparahan LUTS dan pengukuran nilai PSA.
Pemeriksaan keparahan LUTS terkait BPH yang paling umum adalah dengan kuesioner yaitu International Prostate Symptom Score (IPSS).
Progresivitas BPH
Ukuran prostat dapat bertambah seiring waktu. BPH bersifat progresif dan dapat menyebabkan perburukan gejala, perburukan kualitas hidup, kejadian komplikasi seperti retensi urin akut (AUR), infeksi saluran kemih dan keperluan untuk tindakan bedah.
Data klinis yang menandai progresivitas BPH termasuk:5,6
- Peningkatan volume prostat (>30 cc)
- PSA > 1,4 ng/ml
- Usia > 50 tahun
- Tingkat gejala LUTS yang dirasakan
Grafik di bawah ini (McConnell et al, 2003) menunjukkan angka progresivitas klinis selama 4 tahun sebesar 17%.

